Cari Blog Ini

Senin, 06 Juli 2020

Berbagi Ilmu Tentang Penerbitan



Malam ini adalah pertemuan ke-15 belajar bersama Omjay. Materi pada dua jam kedepan akan disampaikan oleh Bapak Edi S. Mulyanta dari penerbit Andi. Pak Edi akan berbagi pengalaman dan ilmu seputar penerbitan.

Mengawali penjelasannya Pak Edi sedikit bercerita tentang badai Covid yang tidak hanya melanda insan pendidik namun perusahan penerbitan juga terkena imbasnya. Barangkali karena dunia penerbitan juga termasuk kepada perusahaan yang mencari keuntungan (duit) disamping hal lain yaitu menyebarkan ilmu pengetahuan. Maka, tidak pelak lagi dunia penerbitan dibuat berfikir-fikir untuk cetak buku karena outlet-outlet nyaris tutup semuanya karena kawatir paparan virus corona. Toko-toko buku yang selama ini menjadi soko guru bisnis penerbitan ini harus memarkir dagangannya untuk sementara sampai keadaan betul-betul terpetakan.

Setelah Presiden Jokowi Dodo mengumumkan masuknya Covid-19 ke Indonesia, tiba-tiba laju bisnis diberbagai sektor harus injak rem kemudian ganti porsneling di satu, kemudian bertahan disana. Ada juga yang malah berhenti dan menunggu sampai betul-betul aman. Kondisi ini sebagai dampak kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Otomatis toko-toko buku harus tutup. Toko buku Gramedia, termasuk toko buku terbesar di Indonesia dan sudah tersebar ke seluruh tanah air ini mengalami penurunan penjualan sampai 90 % dari omzet normal.

Situasi ini hanya sampai tiga bulan, karena beberapa daerah yang sudah terpetakan sebagai daerah pandemi atau bukan sudah mulai melakukan aktifitas ekonomi. Kondisi memasuki tahun ajaran baru membuat toko-toko buka memberanikan diri untuk membuka gerainya. Bahkan Gramedia di Bulan Juni dan Juli telah membuka gerainya hampir 80% diseluruh Indonesia.

“Bak makan buah simalakama”, bila dibiarkan saja maka akan semakin terpuruk. Maka, penerbit harus berfikir keras untuk memetakan buku-buku yang masih eksis di masa krisis. Salah satu tema yang update adalah materi tentang virus corona dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para penulis karena ketersediaan materi yang masih langka.

Karena Penerbit Andi sudah memiliki peta kepenulisan di tanah air sehingga tidak kesulitan untuk mengidentifikasi penulis yang berkompeten dibidangnya. Beberapa buku yang sudah dilaunch mendapat sambutan yang baik. Termasuk dalam hal ini buku-buku pendidikan yang masih eksis dan memiliki pasar yang stabil. Untuk itu buku-buku pendidikan lebih dikonsentrasikan dicetak.

Untuk menyikapi situasi ini,kata Pak Edi dibutuhkan sudut pandang yang positif. Bagi para penulis ini adalah kesempatan untuk melatih diri siap dalam berbagai situasi sehingga peluang dapat diisi. Sehingga penguasaan materi, menguraikan materi, eksekusi penulisan hingga penawaran ke penerbit keseluruhannya menjadi sangat penting.

Untuk sampai kesana para penuli harus selalu berlatih untuk memindahkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan sehingga bisa dibaca oleh pembacanya. Pak Edi sangat mengapresiasi media yang dikelola Omjay ini karena sudah ada disini semuanya tinggal lagi bagaimana kita berlatih keras untuk mengikutinya. Karena kata Pak Edi bakat itu hanya 1% selebihnya usaha.

Bercerita tentang buku Best Seller, Pak Edi sedikit membocorkan rahasia gimana lahirnya buku itu. Sebenarnya buku best seller itu tidak ada dirancang dari awal atau by design hanya  blessing. Pernah direncanakan dengan semaksimal mungkin dengan tema yang berbobot, penulis berlevel internasional, disegani pula. Namun hasilnya tetap mengecewakan. Tapi, buku laskar pelangi saat awal terbit biasa-biasa saja namun berkat dari mulut kemulut, cerita ke cerita dan terakhir  moment Mukhtamar Muhammaddiyah menjadi pemicu viralnya buku dan menjadi best seller.

Oleh sebab itu, bila sudah percaya diri alias PD silahkan ajukan proposal ke penerbit yang memuat gari besar tulisan. Kemudian penerbit akan mempelajari dan menelaah temat, judul utama, outline tulisan, positioning buku dan alasan mengapa tertarik menulisnya. Namun kuncinya kata beliau bahwa buku yang kita tulis sebaiknya dapat menggugah penerbit karena biasanya penerbit merekekomendasi yang sesuai dengan data penjualannya. Yakinkan penulis dengan itu. Penulis sedikit takut jika tulisan tersebut masih bersifat rintisan meskipun itu menurut penulis sendiri sangat penting.

Diakhir paparan materi, Pak Edi mengajak seluruh anggota group untuk mendokumentasikan perjalanan keilmuan dengan dokumentasi yang terstruktur sehingga dapat diwariskan ke orang lain (Pembaca) bahkan juga dapat dikembangkannya. Jejak-jekak keilmuan yang terdokumentasi dengan baik akan dapat ditelusuri oleh anak cucu kita dan mereka akan melihat bahwa kita ada sampai akhir zaman.

Sebagai kesimpulan dari materi yang disampaikan oleh Pak Edi bahwa penerbitan merupakan sebuah proses penting dan merupakan satu tahapan dari seluruh tahapan yang sistematis dalam upaya mendokumentasikan keilmuan agar dapat dinikmati oleh pembaca di kemudian hari. Bagi penulis bukan sekedar nilai keilmuan yang akan didapat  namun juga efek turunan yang bersifat jangka panjang akan selalu dinikmati. Sementara bagi penerbit adalah sebagai sarana menyebarkan bahasa tulisan para penulis hingga dapat dinikmati orang lain yang tentunya dari usaha itu akan mendapatkan royalti. Namun, sampai saat ini penerbit dengan kemampuannya dalam menganalisa pasar dan dihubungankan dengan buku yang akan dicetak belum mampu untuk mendesign buku yang best seller. Namun disinilah peluang bagi para penulis baru untuk menuangkan sejarah keilmuan dan pengalaman hingga terdokumentasi dengan baik. Siapa tahu akan muncul “laskar pelangi-laskar pelangi lain” yang dapat membesarkan penerbit dan mendatangkan royalti yang signifikat kepada para penulisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar