Cari Blog Ini

Senin, 13 Juli 2020

Dunia Kepenulisan

Sapaan penuh semangat kepada semua pihak yang terlibat dengan kegiatan tulis menulis meluncur deras dari mulut seorang Ketua PGRI Kabupaten Rembang, seorang penulis dan ahli dan profesional dibidangnya. Beliau adalah Drs. Jumanto, M.Pd, kelahiran Sragen, 21 Januari 1966, berlatar belakang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Beliau didaulat untuk menjadi pemateri malam ini, Senin 13 Juli 2021. Adapun materi yang akan beliau sampaikan adalah seputar dunia kepenulisan. 

Saya tersanjung juga saat Pak Jumanto dalam pengantarnya menyapa para peserta belajar menulis di group 14 ini dengan sapaan penulis hebat. Bangga juga sih.! Sebenarnya saya tergabung dulu di gelombang 2 tapi karena tulisan saya belum sampai 10 artikel sehingga saya mesti gabung di gelombang 14. Motivasi yang luar biasa dari Pak Jumanto. Sapaan hebat juga disampaikan kepada Om Jay dan tidak lupa beliau juga bersyukur kepada Allah SWT karena telah memberikan kesempatan yang baik ini untuk berbagi ilmu dalam hal dunia kepenulisan. 

Pak Jumanto, dipaparan berikutnya, bahwa beliau akan menyampaikan proses kreatif menulis yang identik dengan perjalanan hidupnya. Beliau mengawali dari menulis puisi dan terkadang menulis cerita pendek. Karena menulis puisi mudah dan setiap ada ide dapat menuangkannya. Sampai ada tantangan dari Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, guru beliau dan sudah dianggap sebagai orang tua, menantang beliau untuk menulis buku ajar. Pak Prof mengenali Pak Jumanto sebagai peneliti buku-buku pelajaran yang dipakai disekolah. Melalui bimbingan gurunya, Pak Jumanto dapat menyelesaikan tiga buku ajar untuk SMP dan 5 untuk SMA. 

Banyak proses yang beliau lalui dalam menulis naskah buku ajar ini. Saya memahami di awal penjelasannya disebut sebagai proses kreatif. Maksudnya, beliau menulis selalu dalam kondisi juga belajar. Proses kepenulisan beliau lakukan bak air mengalir saja. Orang minang menyebutnya, dimaa tumbueh disitu disiang, artinya lakukan saja dulu (menulis), jika ada kendala nanti juga langsung ada solusinya bahkan itu tanpa kita sadari sama sekali. 

Dari pengalamannya itu, Pak Jumanto bergerak sebagai editor, marketing dan manajer sehingga dari sisi penghasilan jauh melebih sebagai PNS. Bahkan, di PGRI Jateng beliau mendapat tugas sebagai ketua badan penerbitan PGRI dengan Penerbit PGRI Jateng Press. Orientasi penerbitan ini adalah membantu para penulis pemula untuk menerbitkan buku. 

"Saudara-saudara penulis hebat, menulis itu mudah, banyak orang telah merasakan dengan menulis mendapatkan kenikmatan", kata Pak Jumanto memotivasi di sela penjelasan materi. Lanjutnya, menulis lah, menulis itu mudah, tidak perlu dipikir terlalu dalam. Kreatifitas seorang dalam menulis tetap akan membara yang didasari oleh motif tertentu. Kalau filsafat Jawa menyebutnya cari jenang cari seneng, cari senang. Namun, secara umum dikalangan pemula motivasinya cari senang, ini tingkatan terakhir. 

Proses kreatif berikutnya adalah memfokuskan tulisan untuk kalangan tertentu, tentu ini dilakukan setelah kebiasaan menulis. Misalnya untuk SD, SMP/MTs, SMA/MA atau untuk umum. Artinya, tulisan itu sesuai arah pembaca, tingkatan usia, pendidikan atau profesi tertentu. 

Kesimpulannya, menulis itu mudah, ide ada dimana-mana, inspirasi akan muncul sewaktu-waktu. Disaat itu tulislah pokok-pokoknya kendati dalam keadaaan sibuk. Tulis dalam bentuk outline. 

#salamliterasi
#salampenulishebat



Sabtu, 11 Juli 2020

Bangkit Dengan Digital Marketing Terintegrasi

Pemasaran buku selama pandemi terjun bebas bahkan sebagian penerbit tidak dapat bangun lagi kemudian gulung tikar. Menurut Pak Agus, penurunannya menyentuh angka 70% hingga 80%. Pak Agus bernama lengkap Agust Subardana, SE, MM, CDS adalah direktur pemasaran di penerbit Andi. Merujuk kepada catatan beliau, selain penurunan penurutan omset, jaringan toko buku ditutup selama 4 bulan oleh pemiliknya, pembeli takut datang ke toko buku dan mall-mall, banyak penerbit yang menghentikan distribusi ke toko buku dan beberapa penerbit gulung tikar. 
Hal itu juga terjadi di Toko Buku Gramedia, sebagai salah satu toko buku terbesar di tanah air pun tidak dapat mengelakkan dampak covid. Dari grafik penjualannya, tren pengunjung buku di gramedia di pertengahan bulan februari mulai menunjukkan penurunan melandai dan di awal juli menunjukkan kenaikan kembali setelah new normal dilaksanakan dibeberapa daerah. 

Kondisi ini memaksa para penerbit  berfikir keras untuk menyesuaikan dengan situasi yang aman dan terkendali disisi lain omset harus naik, maka penerbit menerapkan strategi digital marketing sebagai efek transformasi digital. Ini sebagai sebuah konsekuensi era low touch ekonomy yang mengharuskan setiap orang melakukan cek kesehatan.  

Strategi digital marketing memuat branding, secial media, content marketing, email marketing, video production, web design, SEO, App /development dan SEM. Kenapa memilih strategi ini?, karena biaya lebih murah, terjangkau luas, mudah menentukan target pasar buku, komunikasi yang lebih efektif dengan konsumen, mudah dievaluasi, cepat populer dan membantu dalam penjualan. 

Tumbuh dan berkembangnya dengan baik komunitas literasi atau komunitas profesi tertentu di media social akan meningkatkan komunikasi dalam jumlah besar walaupun dalam waktu yang sangat singkat. Komunitas dapat berperan sebagai mobilisasi informasi untuk meningkatkan jumlah pelanggan dalam jumlah besar. Demikian juga di sub-sub digital marketing lainnya. 

Oleh sebab itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan pemasaran yang berkelanjutan maka sub-sub digital marketing tersebut harus terintegrasi satu dengan yang lainnya dalam sebuah tools atau web. Cara kerjanya sederhana dan berdampak luas. Sekali mengupload maka dia akan terkoneksi dengan seluruh media sosial yang ada. Di dalam web tersebut memuat berbagai informasi yang dibutuhkan konsumen dan sesuai dengan conten penerbit. Bila perlu dimuat artikel-artikel yang urgen bagi konsumen. 

Konsumen penerbit Andi yang potensial di masa pandemi ini adalah sekolah. Maka, penerbit memberikan perhatian yang intens kepada sekolah sebagai sasaran product. Salah satunya adanya kebijakan dana BOS dari pemerintah untuk mengembangkan perpustakaan di setiap sekolah. Maka, dari  itu penerbit dapat menyuplai buku-buku yang dibutuhkan. Penerbit Andi menyediakan menu-menu perustakaan yang variatif dan disetiap tingkat. Pembelian buku dengan dana BOS dilakukan melalui Siplah (Sistem Informasi Pembelian Sekolah lewat market place yaitu blanja.com dan blibli.com. 

Sistem di Siplah, barang diterima baru dibayar. Caranya, akses blanja.com atau bilbli.com melalui akun dapodik sekolah. Setelah dipesan oleh sekolah maka penerbit akan mengirim barang. Sekolah selanjutnya membuat berita acara serah terima barang kemudian di upload ke Siplah dan ditransfer ke market place termasuk slip pembayaran. Maka, pihak penerbit akan menunggu verfikasi dari pihak market place. Lengkapnya panduan tersebut bisa dilihat di link berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=LVCWSP0gHbk&feature=youtu.be

Sebagai kesimpulan materi malam ini bahwa di era transformasi digital sebagai arus besar perubahan di masa pandemi, maka jika ingin selamat penerbit harus berfikir dan bertindak untuk mengikuti arus dengan berbagai strategi pemasaran salah satunya dengan digital marketing yang terintegrasi. Hal itu telah dibuktikan oleh penerbit Andi yang dapat bangkit kembali setelah dihempas gelombang covid. 









Jumat, 10 Juli 2020

Memastikan Buku Diterbitkan

Udara dingin disertai hujan deras mengguyur Alahan Panjang, sebuah kampung kecil dengan jarak 70 Km dari Kota Padang. Malam ini juga kami kedatangan adik laki-laki istriku bersama istri dan dua orang anaknya sore tadi yang masih kecil-kecil. Ramai, ribut, heboh oleh suara anak-anak, hampir tidak kalah heboh oleh suara air hujan dan angin yang menerpa atap rumah. 

Dalam suasana demikian saya coba untuk fokus membaca informasi di group Belajar Menulis Gelombang 14. Salah satunya WA dari Omjay tentang pemateri malam ini yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni dari Penerbit Andi. 
"Ko iyo mah, ahlinyo bana pemateri malam ko, mumpuni-Ini benar-benar bagus, pematerinya benar-benar ahli dibidangnya, mumpuni", pikirku sambil angguk-angguk. 

Pesan demi pesan terus mengalir di group sampai kuliah malam itu di mulai. Koordinator malam ini adalah Omjay dan moderatornya adalah Ibu Aam Nurhasanah. 

Bu Aam Nurhasanah biasa dipanggil Ibu Aam, beliau adalah anggota group yang paling aktif dan telah sukses membuat buku. Pantas beliau mendapat apresisasi dari Omjay dan bagi kami yang belum juga berhasil tentu jadi motivasi dan pembuktian bahwa group ini telah menghasilkan manusia-manusia inspiratif. 


Ada 3 paparan penting yang akan beliau sampaikan, yaitu writting preneurship, menulis buku ajar dan teknis menulis buku. Namun, pada kesempatan ini tidak semuanya dapat beliau sampaikan karena jam 21 beliau ada acara daring lain.

Berbeda dengan pemateri sebelumnya metode beliau dalam pemaparan materi menggunakan slide kemudian diikuti penjelasan suara. Alasannya supaya peserta bisa membuat kalimat sendiri. Alih-alih uji perbendaharaan kata peserta workshop menulis. 

Diawali dari slide pertama, Pak Joko mengawali dari beberapa hal yang mendasari dalam menulis adalah berorientasi profit, nirlaba, branding/promosi, memenuhi regulasi atau untuk akreditasi lembaga, sertifikasi guru, kenaikan pangkat dan lain-lain. 

Kalau tanpa motivasi atau tidak ada tujuan pasti dibelakangnya jarang juga orang mau menulis. Dorongan itu sifatnya "memaksa" baru seseorang itu tergerak untuk menulis. Adakah orang yang menulis karena kebutuhannya dan ikhlas melakukannya tanpa terpaksa? Tentu ada dan yang malas lebih banyak.

Sesuai judul pada paparan pertama yaitu writting preneurship/menulis buku yang diterima penerbit, tentu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menulis dan tulisan tersebut dipastikan diterima penerbit? 

1. Naskah yang dipastikan terbit adalah naskah dengan tema populer dan penulis populer. Minimal bagi penulis pemula bisa memilih tema populer dan penulis tidak populer, ini dapat dipertimbangkan penerbit. 

Pada bagian ini, Kata Pak Joko, mudah. Trik cepatnya dengan bertanya sama mbah Google trends. Kalau penerbit tentu punya data dan research. Di Google Trends dapat diketahui trennya apa, masih berlangsungkah?, sudah berakhir atau sedang tren. Terpenting untuk melihat trennya itu berapa lama sudah berlangsung dan ada kecendrungan grafiknya selalu naik seperti buku informatika.

Sedangkan untuk mamantau popularitas penulis dapat diakses di Google scholler atau Google Cendikia. Tulisannya dapat diakses oleh pasar yang mendunia yang dapat dilihat sitasi atau kutipan orang lain dari tulisannya. Atau bisa juga melalui kepemilikan blog dan dilihat jumlah subscriber di kanal youtube. 

Setelah diterima oleh penerbit masih ada lagi kajian oleh penerbit yaitu penentuan oplah cetakan dan konsistensi selingkung. 

2. Memahami alur penerbitan.
Hal yang harus dipahami oleh penulis yang menginginkankan bukunya diterbitkan adalah bagaimana tulisan itu diproses secara administrasi penerbitan. Pertama naskah dikirim oleh penulis dan dinilai oleh penerbit. Penilaian penerbit akan bermuara pada diterima atau ditolak. Baik ditolak atau diterima oleh penerbit, keduanya akan diberitahu. Bedanya jika diterima maka penerbit akan meminta softcopynya. Setelah itu tulisan kita akan masuk pada tahapan pracetak. Dalam tahapan ini juga akan dilaksanakan akad perjanjian penenerbitan. 

Langkah selanjutnya dicetak dan distribusikan kepada konsumen. Sesuai waktu yang ditetapkan maka penulis akan mendapatkan royalti persemester.  Tapi perlu diingat penerbit tidak mencetak berdasarkan antrian sesuai pengiriman melainkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi penggunaan buku atau level materi atau lebar pasar. 
3. Memahami perusahaan penerbitan. 
Pada poin ketiga ini juga penting untuk mengenali bagaimana penerbit yang baik. Setidaknya ada beberapa hal harus dimiliki penerbit yang baik itu:
a. Memiliki visi dan misi yang jelas.
b. Memiliki bussinis core lini produk tertentu.
c. Memiliki pengalaman.
d. Memiliki pasar.
e. Memiliki keberanian, dan 
f. Kejujuran dalam pembayaran royalti

Sebagai kesimpulan bahwa dalam menulis buku yang dapat dipastikan terbit seorang penulis fokus tulisannya kepada tema-tema populer atau sedang trend. Selain itu juga dipengaruhi oleh popularitas si penulis yang telah memiliki pasar. 

Senin, 06 Juli 2020

Berbagi Ilmu Tentang Penerbitan



Malam ini adalah pertemuan ke-15 belajar bersama Omjay. Materi pada dua jam kedepan akan disampaikan oleh Bapak Edi S. Mulyanta dari penerbit Andi. Pak Edi akan berbagi pengalaman dan ilmu seputar penerbitan.

Mengawali penjelasannya Pak Edi sedikit bercerita tentang badai Covid yang tidak hanya melanda insan pendidik namun perusahan penerbitan juga terkena imbasnya. Barangkali karena dunia penerbitan juga termasuk kepada perusahaan yang mencari keuntungan (duit) disamping hal lain yaitu menyebarkan ilmu pengetahuan. Maka, tidak pelak lagi dunia penerbitan dibuat berfikir-fikir untuk cetak buku karena outlet-outlet nyaris tutup semuanya karena kawatir paparan virus corona. Toko-toko buku yang selama ini menjadi soko guru bisnis penerbitan ini harus memarkir dagangannya untuk sementara sampai keadaan betul-betul terpetakan.

Setelah Presiden Jokowi Dodo mengumumkan masuknya Covid-19 ke Indonesia, tiba-tiba laju bisnis diberbagai sektor harus injak rem kemudian ganti porsneling di satu, kemudian bertahan disana. Ada juga yang malah berhenti dan menunggu sampai betul-betul aman. Kondisi ini sebagai dampak kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Otomatis toko-toko buku harus tutup. Toko buku Gramedia, termasuk toko buku terbesar di Indonesia dan sudah tersebar ke seluruh tanah air ini mengalami penurunan penjualan sampai 90 % dari omzet normal.

Situasi ini hanya sampai tiga bulan, karena beberapa daerah yang sudah terpetakan sebagai daerah pandemi atau bukan sudah mulai melakukan aktifitas ekonomi. Kondisi memasuki tahun ajaran baru membuat toko-toko buka memberanikan diri untuk membuka gerainya. Bahkan Gramedia di Bulan Juni dan Juli telah membuka gerainya hampir 80% diseluruh Indonesia.

“Bak makan buah simalakama”, bila dibiarkan saja maka akan semakin terpuruk. Maka, penerbit harus berfikir keras untuk memetakan buku-buku yang masih eksis di masa krisis. Salah satu tema yang update adalah materi tentang virus corona dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para penulis karena ketersediaan materi yang masih langka.

Karena Penerbit Andi sudah memiliki peta kepenulisan di tanah air sehingga tidak kesulitan untuk mengidentifikasi penulis yang berkompeten dibidangnya. Beberapa buku yang sudah dilaunch mendapat sambutan yang baik. Termasuk dalam hal ini buku-buku pendidikan yang masih eksis dan memiliki pasar yang stabil. Untuk itu buku-buku pendidikan lebih dikonsentrasikan dicetak.

Untuk menyikapi situasi ini,kata Pak Edi dibutuhkan sudut pandang yang positif. Bagi para penulis ini adalah kesempatan untuk melatih diri siap dalam berbagai situasi sehingga peluang dapat diisi. Sehingga penguasaan materi, menguraikan materi, eksekusi penulisan hingga penawaran ke penerbit keseluruhannya menjadi sangat penting.

Untuk sampai kesana para penuli harus selalu berlatih untuk memindahkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan sehingga bisa dibaca oleh pembacanya. Pak Edi sangat mengapresiasi media yang dikelola Omjay ini karena sudah ada disini semuanya tinggal lagi bagaimana kita berlatih keras untuk mengikutinya. Karena kata Pak Edi bakat itu hanya 1% selebihnya usaha.

Bercerita tentang buku Best Seller, Pak Edi sedikit membocorkan rahasia gimana lahirnya buku itu. Sebenarnya buku best seller itu tidak ada dirancang dari awal atau by design hanya  blessing. Pernah direncanakan dengan semaksimal mungkin dengan tema yang berbobot, penulis berlevel internasional, disegani pula. Namun hasilnya tetap mengecewakan. Tapi, buku laskar pelangi saat awal terbit biasa-biasa saja namun berkat dari mulut kemulut, cerita ke cerita dan terakhir  moment Mukhtamar Muhammaddiyah menjadi pemicu viralnya buku dan menjadi best seller.

Oleh sebab itu, bila sudah percaya diri alias PD silahkan ajukan proposal ke penerbit yang memuat gari besar tulisan. Kemudian penerbit akan mempelajari dan menelaah temat, judul utama, outline tulisan, positioning buku dan alasan mengapa tertarik menulisnya. Namun kuncinya kata beliau bahwa buku yang kita tulis sebaiknya dapat menggugah penerbit karena biasanya penerbit merekekomendasi yang sesuai dengan data penjualannya. Yakinkan penulis dengan itu. Penulis sedikit takut jika tulisan tersebut masih bersifat rintisan meskipun itu menurut penulis sendiri sangat penting.

Diakhir paparan materi, Pak Edi mengajak seluruh anggota group untuk mendokumentasikan perjalanan keilmuan dengan dokumentasi yang terstruktur sehingga dapat diwariskan ke orang lain (Pembaca) bahkan juga dapat dikembangkannya. Jejak-jekak keilmuan yang terdokumentasi dengan baik akan dapat ditelusuri oleh anak cucu kita dan mereka akan melihat bahwa kita ada sampai akhir zaman.

Sebagai kesimpulan dari materi yang disampaikan oleh Pak Edi bahwa penerbitan merupakan sebuah proses penting dan merupakan satu tahapan dari seluruh tahapan yang sistematis dalam upaya mendokumentasikan keilmuan agar dapat dinikmati oleh pembaca di kemudian hari. Bagi penulis bukan sekedar nilai keilmuan yang akan didapat  namun juga efek turunan yang bersifat jangka panjang akan selalu dinikmati. Sementara bagi penerbit adalah sebagai sarana menyebarkan bahasa tulisan para penulis hingga dapat dinikmati orang lain yang tentunya dari usaha itu akan mendapatkan royalti. Namun, sampai saat ini penerbit dengan kemampuannya dalam menganalisa pasar dan dihubungankan dengan buku yang akan dicetak belum mampu untuk mendesign buku yang best seller. Namun disinilah peluang bagi para penulis baru untuk menuangkan sejarah keilmuan dan pengalaman hingga terdokumentasi dengan baik. Siapa tahu akan muncul “laskar pelangi-laskar pelangi lain” yang dapat membesarkan penerbit dan mendatangkan royalti yang signifikat kepada para penulisnya.

Rabu, 01 Juli 2020

Benarkah Ngebut Solusinya...?

Pada malam ini materi disampaikan oleh Bapak M. Firman Suarya, M.Kom, seorang guru indormatika di SMPN Unggulan Sindang Indramayu. Materi yang beliau sampaikan sangat enak dan mudah dipahami. Penjelasannya pendek dan ringan sehingga rasanya mau dilahap semuanya. 

Pada resume ini sebenarnya saya ingin membuktikan tentang freewritting yang disampaikan pak Firman. Jadi, usai kuliah ditutup saya langsung buka blog dan mulai menulis. Saya akan menulis tentang ide dan akan memcoba "ngebut" seperti yang disampaikan pak Firman yang sudah ngebut duluan dari saya. 

Pak Firman mengungkap satu demi satu kendala dalam menulis dan semuanya itu memang saya temukan. Biasanya menulis terlebih dahulu mempertimbangkan waktu luang, sudah bekerja atau malam atau juga pagi usai shalat subuh. Tapi, ini pangkal masalahnya saat memulai ide tadi tiba-tiba hilang, gak tau kemana hanyutnya. Alhasil, waktu luang berlalu saja, usai magrib lewat sampai besoknya gak nulis-nulis. 

Jadi nampaknya biar nulisnya jadi dan idenya gak hilang ya ..kita mesti luangkan wakti menulis, paling kurang menuangkan ide pokok saja dan membuat kerangkanya saja. Setidaknya ini pasti dapat menolong bertahannya ide di memori kita. Tidak lama, paling kurang 10 menit sampai 15 menit

Namun dari pengalaman saya pribadi ide itu muncul tatkala saya sedang berkebun. Saat itu muncul banyak ide-ide. Apalagi saya seorang guru di madrasah, terbayang madrasah plus persoalannya...kemudian muncul ide...sampai dirumah hilang deh..

Hal lain yang mempengaruhi adalah perasaan tidak "PD" alias tidak percaya diri. Takut ini, takut itulah, kurang bagus, ditertawakan, masih kurang, tidak menarik...masih banyak lainnya. Padahal orang akan tahu juga kalau kita ini penulis pemula. Hanya saja perasaan kita kelebihan, jadinya ya...gak jadi-jadi tu tulisan. 

Rumus yang ditawarkan pak Firman adalah "Ngebut". Bahaya ini, apalagi pengendaranya baru pegang stankmotor atau setir mobil, bisa jatuh korban jiwa ni...

Tapi jangan kawatir, ini kan tulis menulis bisa editing. Tapi kalau benaran dijalan raya ngebut, ya masuk RS atau nginap dihotel prodeo. Gak mau kan? Jadi ngebut dalam menulis bisa cepat sampai tujuan, kita fokus kedepan, gak tengok kiri apalagi kanan. Bayangkan bawa motor seperti Rossi, dijamin cepat sampai alamat. 



Selasa, 30 Juni 2020

Ekonomi Masyarakat Alahan Panjang di Masa New Normal

Pedagang sayur di Pasar Alahan Panjang terlihat menunggu pembeli. Beberapa jenis sayuran dan hasil pertanian lainnya diletakkan masing-masing dalam keranjang seperti kentang, cabe, tomat, jenkol, kol, timun, bawang merah dan lainnya. 

Umumnya pedagang selain menjual sayur lokal mereka juga menjual kebutuhan pokok dari daerah lain seperti ikan asin, bumbu masak, kerupuk mentah dan bawang putih impor.

Pasar Alahan Panjang merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di Kabupaten Solok dan sempat ditutup selama 2 hari dibulan ramadhan kemarin oleh pemerintah setempat. Saat ini pasar yang menjadi ikon pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Solok tersebut kembali beraktifitas seperti biasa.

Memang sebagian aktifitas masyarakat yang berdagang keluar daerah sedikit terganggu karena pemerintah setempat melakukan berbagai pembatasan dan pemberlakuan protokoler Covid-19
 
Tercatat Pasar Alahan Panjang telah mengalami beberapa perubahan dan pengembangan yang signikfikan beberapa tahun terakhir. 

Perubahan itu terasa pasca tahun 2000 an dimana biasanya pasar dalam sepekan hanya dua kali yaitu pada Hari Sabtu dan Hari Kamis. Sekarang pasar hadir setiap hari untuk melayani pembeli yang membutuhkan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya. 

Untuk ketersedian sayuran para pedagang tidak kesulitan karena masyarakat Alahan Panjang mayoritas adalah petani sayuran. Hanya sedikit yang mesti didatangkan dari luar daerah. 

Sarana pendukung mobilisasi ekonomi masyarakat seperti terminal truk, terminal bus, Parkiran, Bank BPD, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI dan akses jalan yang sangat memadai dari berbagai arah. 

Dimasa New Normal ini ekonomi masyarakat harus tetap tumbuh namun kepada para pedagang dan masyarakat tetap memperhatikan protokoler Covid-19. Hasil riset dengan mengenakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak sangat ampuh untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.



Senin, 29 Juni 2020

Sekolah di Masa Pandemi, belajar dan menimba pengalaman dari Ibu Betti


Ibu Betti foto bersama Mas Menteri Nadim Makarim

Hari ini, Senin, 29 Juni 2020 perkuliahan tentang dunia keliterasian melalui WAG kembali dilanjutkan. Kali ini pematerinya Ibu Dra. Betti Risnalenni, MM, seorang perempuan tangguh dan bertekad baja kelahiran 52 tahun yang silam mampu mendirikan sekolah di “perantauan”. Barangkalai beliau hafal paham makna sebuah pepatah Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung.

Tekad yang kuat dari seorang Ibu ini tentu perlu jadi ibroh bagi kita semua terutama para guru di tanah air karena selain seorang ibu ditengah keluarga yang pasti memiliki segudang pekerjaan, disisi lain beliau juga tidak ketinggalan untuk memikirkan orang banyak. Tidak berlebihan bila disematkan kepada beliau sebagai Rasuna Said zaman now. Rasunna Said adalah tokoh nasional dibidang pendidikan yang berasal dari Sumatera Barat yang telah membuktikan bahwa perempuan dan laki memiliki kesempatan yang sama dalam mengisi kemerdekaan.

Perjalanan panjang beliau mengembangkan lembaga pendidikan sehingga berkemajuan sampai saat ini bermula ketika bertemu dengan salah seorang siswa yang berasal dari panti asuhan sementara umumnya yang bersekolah di Al Izhar pondok labu adalah orang yang berekonomi lebih dari cukup. Disana beliau berfikir bagaimana ada sekolah yang dapat mengaakomodir para siswa dengan latar belakang ekonomi yang jauh dari cukup.

Tahun 1996, Ibu betti memulainya dengan membuka lembaga kursus aritmatika. Dengan dukungan keluarga dan seorang teman, beliau berhasil mengembangkan sayap hingga membuka 24 cabang  di kota Bekasi. Bermodalkan keberanian, partnershiip, skill, Marketting dan kemampuan menangkap peluang usaha, bu Betti berhasil KB-TK dan SD Insan Kamil. Lebih hebat lagi ditengah kesibukannya tersebut beliau tetap produktif membuat buku yang bekerjasama dengan penerbit Andi. Karena tidak dipungkiri melalui buku itulah beliau dapat memajukan lembaga pendidikan yang beliau miliki sekarang.

Untuk itu, menurut alumni IKIP Jakarta itu dalam mengembangkan lembaga pendidikan memperhatikan kebutuhan konsumen adalah kuncinya dan  tidak ragu berbuat kebaikan.

Terkait bagaimana pembelajaran di masa pandemi ini yang menjadi fokus materi beliau, Ibu yang sekarang menjabat sebagai kepala sekolah itu membagikan tips yaitu membangun kerjasama dengan seluruh dan karyawan, orang tua dan penugasan diberikan kepada siswa melalui IG. Selain itu juga diberikan materi-materi kepada orang tua terkait peran orang tua sebagai guru dirumah terutama dalam mengawasi anak dalam melaksanakan tugas. Materi yang diberikan lebih dominan kepada life skill seperti kegiatan proyek, contoh mamasak kue.

Sabtu, 27 Juni 2020

Resume Kuliah Bersama Bapak Namin AB Solihin; Membangun Branding Melalui Blog dan Media Sosial


Membangun Branding Melalui Blog dan Media Sosial yang disampaikan oleh Bapak Namin sangat menarik apalagi sebagai seorang guru yang dalam keseharian berhadapan dengan anak didik. Kalau berbicara anak didik akan terbayang oleh kita salah satu jurus mereka dalam berprilaku adalah meniru orang yang telah dewasa darinya atau meniru publik figur yang disenanginya atau digemarinya. Nah, sekiranya para guru mampu membranding diri kemudian disenangi oleh anak-anak didiknya alangkah bahagianya para guru dan orang tuanya dirumah.

Bapak Namin dalam perjalanan panjang karirnya sebagai guru dan trainer/motivator pada hakikatnya adalah perjalanan menuju dirinya yang sesungguhnya. Jejak langkah semenjak 2007 di bloger tentu itu akan menjadi pijakan awal yang sangat menentukan sehingga kesuksesan hari ini beliau raih. Barangkali sebagian kita juga sudah melakukan apa yang telah dilakukan Bapak Namin beberapa waktu yang lalu. Barangkali menarik rumus yang beliau perkenalkan yaitu 5a; dipaksa, terpaksa, kepaksa, biasa dan terbiasa. Kalau atasan kita yang memaksa kerab kita manut, alias mau saja tanpa komentar apa-apa. Sekalipun pekerjaan itu sangat sulit untuk dikerjakan namun karena dipaksa atasan mau tidak mau harus dikerjakan. Tapi, ini tentu lebih sulit lagi, yang memaksa adalah diri kita sendiri. Siapa yang dipaksa, ya diri kita juga. Disinilah banyak toleransi yang kita buat sendiri dengan alasan yang bermacam-macam..Untuk itu memaksanya jangan terlalu berat yang membuat kita enggan memulainya.

Masa lalu bagi Bapak Namin bukan untuk selalu dikenang, kecuali yang bermanfaat untuk orang lain. Hal ini lah yang patut ditiru dari seorang Namin. Kalau kita menoleh kebelakang, iya juga ya. Di rumah kita sering menumpuk barang-barang yang tidak lagi dapat dimanfaatkan dengan berbagai alasan. Sehingga barang-barang baru tidak mendapat tempat lagi karena sudah penuh dengan barang-barang bekas yang justru tidak banyak manfaat untuk diri dan orang lain. Enggan membuang karena pemberian si anu, si itu, ahh…pokoknya gak boleh dibuang?. gitu kan…! Pikiran kita juga seperti itu. Percaya anggak..? , kita yang sulit maju salah satunya disebabkan oleh terkungkung oleh pola berfikir yang tidak kekiniaan. Pola lama tetap disenangi sungguhpun tidak masuk akal lagi dipakai untuk kondisi kekinian.  

Ngeri juga kalau kita tidak menatap ke depan saat membawa mobil atau motor dan hanya fokus kepada spion. Kalau sekali-kali tentu cocok. Artinya masa lalu adalah sesuatu yang akan menjadi pelajaran bagi kita untuk melangkah lebih jauh lagi bukan untuk dikenang lalu ditangisi.

Blog dan media sosial adalah sarana yang tepat untuk menunjukkan “WHO I AM I” dalam artinya yang tentunya positif, bermanfaat untuk orang lain. Apa yang dilakukan oleh Om Jay atau Bapak Namin adalah suatu yang baik dan sangat bermanfaat untuk orang lain, gratis lagi. Kebaikan beliau yang dituangkan dalam bentuk kegiatan ini adalah “brand”. Jadi jika orang bertanya guru blogger itu siapa ya? Tanpa pikir panjang orang akan jawab “Om Jay, Bapak Namin. 

Jumat, 12 Juni 2020

Kisah Guru “Mr. Bams” Ngeblog di Wordpress


Mr. Bams adalah satu diantara ratusan orang yang menjadi korban inspirasi Om Jay, tapi bedanya dengan saya, Mr. Bams sudah naik kelas sementara saya masih di kelas pemula. Tapi, tidak apalah walaupun sudah naik kelas namun Mr. Bams tetap mau berbagi dengan kita-kita di group ini, terimkasih Mr. Bams.

Untuk menjadi blogger’s memang dibutuhkan kemauan dan latihan. Kemauan berkaitan dengan motivasi dan tujuan membuat blogger. Hari ini Mr. Bams sudah menguber motivasi untuk kelas menulis gel 1-12 ini dan melalui tanya jawab Mr. Bams sudah menjawah semua keluhan peserta. Artinya Mr. Bams sudah memberikan solusi-solusi praktis yang sudah teruji melalui pengalaman beliau sebagai blogger. Akan tetapi kelas usai, tak satupun tulisan kita lahir dan blog juga belum ada, bahkan sampai besoknya. Ini bisa dimaknai, motivasinya ada tetapi kemauan belum ada sama sekali.

Begitupun dengan tujuan membuat blog. Kalau hanya untuk mencari keuntungan pribadi, misalnya keren-kerenan karena sudah punya blog lalu bikin orang sakit hati, bukan untuk membahagian dan berbuat baik untuk orang lain maka dipastikan tidak akan jadi-jadi blognya. Betul kata Mr. Bams, kebaikan akan kita peroleh kalau kebaikan itu sudah kita berikan dulu pada orang lain. Membahagiakan orang lain sesungguhnya adalah kebaikan untuk kita juga. Kira-kira seperti itu.

Blognya mau dibuat dimana, itu terserah. Kita memilih blog sesuaikan dengan kebutuhan kita dan tidak perlu yang premium segala yang penting maksimal dikelola dan bermanfaat untuk orang lain. Soal kelebihan dan kekurangan antara blog.com dan wordpress pasti ada karena disitulah letak kesempurnaanya. Kapan dia akan sempurna yaitu ketika kita sudan menjatuhkan pilihan kepada salah satunya.

Hal lain yang penting adalah ketika kita sudah dapat menulis, maka agar tulisan kita hangat, menyenangkan, menginspirasi orang lain maka kita harus banyak membaca agar jumlah kosakata dan pengalaman dari penulis lain memperkaya khazanah literasi kita.

Faktor lain yang sangat penting adalah sungguh-sungguh untuk belajar (pembelajar sejati). Rela mengorbankan waktu, tenaga dan harta sekalipun demi sebuah cita-cita. Bukti kesungguhan Mr, Bams adalah dalam mengelola rumah baca sampai harus pindah rumah. Ini sangat serius jadinya. Jiwa integritas wajib dimiliki oleh setiap penulis seperti yang sudah dicontohkan oleh guru kita ini.


Rabu, 10 Juni 2020

Catatan Belajar Dengan Guru Agung


Pada malam ini, Rabu 10 Juni 2020, guru hebat berikutnya yang memberi pengalaman kepada peserta group menulis bersama Om Jay adalah seorang “Guru Agung”. Guru Agung, demikian panggilan untuk Bapak Agung Pardini, akan berbagi pengalaman tentang menerbitkan buku. Rasanya pas juga bila beliau dipanggil guru agung karena kemuliaan hati beliau untuk membimbing dengan sungguh-sungguh guru-guru di tanah air yang berada di daerah terpelosok yang kerap tidak tersentuh oleh program-program pemerintah secara berkelanjutan.

Ditengah kesulitan menghadapi kondisi guru di daerah mulai dari gaya bahasa, banyak yang belum mengenal MS Office, listrik di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari sampai ejaan yang (belum) disempurnakan, dihadapi dengan sabar bersama  guru-guru relawan yang melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. 

Maka bagi saya pribadi melihat kepada perjuangan beliau yang sepenuhnya dibangun atas dasar kepedulian kepada guru dan bangsa dapat menjadi contoh bagi saya pribadi bagaimana guru seharusnya di zaman sekarang ini. Semoga beliau selalu istiqomah, diberi kesehatan dan kesempatan oleh Allah SWT untuk melanjutkan perjuangan menghantarkan para guru  menjadi leader bangsa ini, amiin.

Pengalaman beliau dalam menerbitkan buku sangat terbantu oleh adanya lembaga kemanusiaan dompet dhu’afa. Namun, disisi lain beliau juga harus mendorong para guru untuk membuat buku dan diterbitkan kemudian diedarkan keseluruh tanah air secara gratis.

Konsep memulai dari diri sendiri itu telah menjadi teladan oleh para guru di SGI. Bahkan setiap guru dapat menghasilkan karya hebat. Hasil itu diperoleh melalui perjuangan yang sangat panjang dan berat.

Pada awalnya mendorong para guru untuk menulis dalam "Jurnal Perjalanan Guru”. Jurnal itu wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka  menulis pengalaman mereka selama si siang hari.  Setelah pagi tiba, semua jurnal dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. Hebatnya, bila ada kondisi para guru yang kurang nyaman tergambar melalui tulisannya langsung dicoaching atau konseling.

Selain bedah buku,  para guru dimotivasi secara bergantian dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh untuk meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.

Pak Agung juga mengingatkan bahwa guru yang baik itu adalah guru yang melakukan lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri. Menulis adalah cara satu-satunya, baik dalam bentuk  PTK, Jurnal Penelitian, Cerpen atau Puisi dan juga modul, LKS, atau mungkin Kumpulan Bank Soal.

Mengutip tulisan beliau di http://www.sekolahguruindonesia.net/era-kepemimpinan-guru/ bahwa Era guru sebagai sumber belajar nyaris berakhir. Bahkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran lambat laun juga akan ditanggalkan. Paradigma guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subyek yang diajar merupakan cara pandang yang sudah terlalu usang. Jika enggan untuk melompat, maka tak mungkin kita bisa menaklukkan tantangan pendidikan dasawarsa yang ketiga dari abad ini.

Kebiasaan para guru ditanah air yang selalu menyalahkan pemerintah oleh Guru Agung malah sebaliknya, justr pemerintah  sudah sangat peduli untuk pengiriman buku-buku ke sekolah-sekolah marjinal. Namun sayang, kata beliau  masih banyak guru yang belum termotivasi untuk membacanya.  Buktinya, saat beliau mengunjungi sekolah masih ditemukan  banyak buku masih terplastik rapi di dalam dus-dus.

Sabtu, 06 Juni 2020

Madrasah Pasca PSBB

Siapa yang mengira kalau pendidikan di Indonesia hari ini, kususnya madrasah akan menghadapi masa sulit usai PSBB diberlakukan. Keinginan pemerintah untuk memberlakukan new normal tentu memiliki alasan dan landasan yang kuat bahwa selama pemberlakukan PSBB kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perekonomian dan sosial terbatasi secara besar-besaran. Sumber-sumber ekonomi pasif dan angka kemiskinan meningkat tajam. Hal ini akan berdampak lebih besar terhadap pendidikan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu pemberlakukan new normal pasca PSBB harus dihadapi dengan kondisi apapun, siap atau tidak siap.

Berdasarkan tren penyebaran Covid-19 bahwa yang terjangkiti itu memang didominasi berada pada usia produktif namun tren terbaru bahwa dari mereka yang positif lebih banyak peluang untuk sembuh. Apabila imunnya baik maka peluang untuk sembuh dari covid ini sangat besar. Maka, melihat kepada tren ini pemerintah optimis bahwa dimasa new normal ekonomi akan kembali pulih dan masyarakat akan lebih waspada dengan mengganti pola hidup dengan yang baru.

Pertanyaanya, bagaimana dengan mereka yang berusia dibawah 20 tahun atau usia sekolah? Apakah mereka tersebut masuk kategori masyarakat yang sudah siap dengan new normal? Tentu ini perlu telaah oleh segenap pihak yang berkepentingan terutama pemerintah. Karena, organisasi profesi kedokteran (IDI) telah merekomendasi bahwa untuk masyarakat yang masih usia sekolah sebaiknya tidak diberlakukan new normal karena diperkirakan sejutaan lebih para pelajar akan tertular covid-19 dan mereka sangat berpotensi untuk menularkannya di rumah. Sehinga sampai sekarang pemerintah masih belum mengeluarkan keputusan terkait proses pembelajaran di sekolah dan madrasah tahun pelajaran 2020/2021.

Namun, Kementerian Agama RI melalui Dirjen Pendis telah mengeluarkan SK No. 2491 Tahun 2020 tentang kalender pendidikan madrasah tahun pelajaran 2020/2021 awal sekolah dilaksanakan tanggal 13 Juli 2020, kemudian disusul dengan SK Dirjen No. 2791 tentang Kurikulum Darurat pada Madrasah Artinya, kemenag sudah siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang muncul. Akan tetapi, kedarutatan itu hanya dimasa DS, PS dan PSBB kah? Apakah dimasa new normal ini dipandang sebagai sesuatu yang sudah normal? Bila ini persoalannya berarti secara teknis madrasah harus mempersiapkan diri secara mandiri untuk menghadapi masa “new normal” tersebut.

Dalam teori siklus mesti ada yang namamnya fase transisi dan fase ini belum berada pada kategori normal. Pada fase transisi kewaspadaan dan kehati-hatian harus sama seperti dalam keadaan kedaruratan. Karena fase ini sangat menentukan untuk kesuksesan pada fase berikutnya. Oleh sebab itu, untuk menghadapi fase transisi ke new normal, madrasah harus menyatukan fisi bersama seluruh komponen termasuk stakeholder dari lembaga kesehatan dan pemerintah setempat untuk merumuskan teknis menghadapi masa transisi tersebut.

Jumat, 05 Juni 2020

Catatan Tentang Tulisan Prof. Dr. Duski Samad, MA: The Rise Of Masjid

Judul yang jadi pembahasan  pada catatan ini adalah tulisan Prof.Dr. Duski Samad, MA, pada Rabu/07 Mai 2020 kemarin. Bahasa kitanya adalah bangkitnya masjid. Menurut beliau kebangkitan masjid bermula ketika pengurus dan jama’ah kembali memfungsikan masjid dalam segala aspek kehidupan umat, maksudnya bukan hanya persoalan ibadah mahdhah namun dapat merambah ke ibadah ghairu mahdhah. Kabangkitan umat islam bermula dari bangkitnya masjid-masjid.

Masa pandemi yang sudah berlangsung tiga bulan telah membuat masjid fakum dari segala fungsinya terhadap umat. Menurut beliau ini adalah suatu hal yang mengkawatirkan maka pengurus dan jamaah perlu memikirkan bagaimana masjid survive dalam melayani umat. Sederhana saja, bila sandel jamaah hilang maka pengurus wajib menggantinya dengan sandel dengan harga dan merk yang sama.

Oleh sebab itu perngurus perlu membuat suatu sistem pelayanan yang baik sehingga kekawatiran jama’ah terhadap bahaya yang dapat mengancam seperti wabah Covid-19 ini. Pengurus mesti berfikir keras bagaimana masjid dapat dikunjungi lagi untuk ibadah dan jama’ah merasa aman.

Terlalu lama masjid kosong dikawatirkan masjid dilupakan oleh umat. Semua orang melaksanakan kegiatan ibadah dirumah. Sementara rumah belum tentu mampu menyediakan kebutuhan batin umat.

Selasa, 02 Juni 2020

Di Hari Jadi ke _ 38









Diberi hadiah oleh Dua Putri Tercinta, Annisa Muthmainnah dan Afifatul Majidah, dihari ulang tahunku yang ke-38. Sederhana sekali. Saat Kakak; sebutan untuk Annisa, memberikan hadiah, kado bermotif bola, aku minta foto bareng, tapi Kakak menolak. aku berfikir saat itu, ternyata Annisa orangnya tidak formal. 

Laptop ku biarkan menyala, perlahan-lahan aku buka kadonya. Aku kira satu lembar pembungkusnya , ternyata 3 lembar. Kado kecil itu berisikan tiga buah pena dan satu spidol berwarna hitam. Kemudian, dalam kado kecil itu juga terselip amplop kecil bergambar pembalap mobil dalam film-film kartun terkenal itu. 

Amplop aku buka, ada surat kecil yang bertuliskan "Happy Birtday Ayah". Dibawahnya ada tulisan "Semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga menjadi ayah yang baik dan tidak marah-marah terus. AMIN. ". 

Aku merasa bahagia saat itu, kebahagiaanku bukan karena ulang tahunnya tetapi diam-diam dua putriku tercinta memperhatikan tingkah polahku sebagai ayah dan di hari ini dia mengatakannya terbuka tanpa rasa takut, karena aku adalah seorang ayah yang pemarah. Aku berfikir, marahku selama ini ternyata tidak membuat anak-anakku menjadi takut. Saya menangkap bahwa mereka mungkin sudah mengerti kenapa ayah sering marah. Dugaanku. 

Kemudian, mereka berdua "menantangku" dengan tiga buah pena dan satu spridol. Seolah-olah kakak beradik ini menantang ayahnya untuk menulis setiap waktu. Tapi, tidak apalah mudah-mudahan hadiah mereka ini jadi pemicu bagi ku untuk kembali menulis dan menulis. 

Terimakasih anak-anak ku tercinta. Jazakumullah khairan, semoga Allah SWT membalasimu dengan sebaik-baik balasan, Aminn. Doa ku untukmu, semoga engaku berdua juga diberi umur yang panjang dan diberi kesehatan oleh Allah SWT untuk melanjutkan cita-citamu dalam bingkai keridhoan-Nya. 
AMIIN. 



Senin, 01 Juni 2020

#Salam Hardiknas

Pada bulan Mai ini, tepatnya tanggal 2  adalah hari pendidikan nasional. Biasanya pada hari itu diadakan lomba-lomba tentang pendidikan dalam rangka memeriahkan Hardiknas yang jatuh sekali dalam setahun. Namun, di tahun ini acara tersebut tidak dilaksanakan dikarenakan masih dalam suasana tanggap darurat terhadap penyebaran virus corona. Bahkan, setiap tahun bukan hanya siswa yang merayakan para guru dan tenaga kependidikan tidak lupa ketinggalan untuk memeriahkan hari berbahagia tersebut.
Sekali lagi bahwa Covid-19 telah menguji system kenegaraan ini termasuk system pendidikan nasional di Indonesia. Sekolah, madrasah dan pesantren disetiap jenjang diliburkan dan pembelajaran dilaksanakan melalui daring. Sementara sebagian lembaga pendidikan di Indonesia masih menyelenggarakan pendidikan dengan system conventional dan sangat sedikit yang menggunakan teknologi internet. Selain alasan kedaerahan, penggunaan dan IT masih sebatas kalangan tertentu yang memiliki biaya untuk pembelian sarana tersebut.
Ujian bagi system pendidikan kita hari ini sangat berat. Betapa tidak, selain minimnya sarana yang dimiliki siswa para guru pun hampir-hampir tidak siap untuk menyelenggarakan pendidikan dengan system baru ini. Para guru kewalahan sama sekali untuk membangun komunikasi pembelajaran dengan siswa, apalagi komunikasi ini dibangun dengan jarak jauh alias pembelajaran dirumah dibawah pengawasan orang tua/wali murid. Pertanyaannya bagaimana mereka melakukannya?
Tugas-tugas yang diberikan oleh guru hanya sedikit siswa yang melaporkannya melalui link yang sudah disediakan. Lebih banyak mereka mengeluhkan tentang banyaknya tugas  yang mereka kerjakan belum lagi kejenuhan yang mereka rasakan karena harus berhadapan dengan computer atau HP seharian di rumah.
Dan saya juga tidak melihat lagi wajah Mendiknas “Mas” Karim dilayar televise untuk memberikan harapan baru bagi perbaikan kualitas pendidikan di tanah air. Semenjak Covid-19 “Mas” Karim seolah sudah dibungkam oleh kungkungan virus yang sangat kuat itu.
Ini menandakan bahwa hari ini dan beberapa hari atau bulan kedepan pendidikan di tanah air benar-benar akan terus di uji. Mampukah pendidikan kita hari ini bertahan?
Mas Nadim, melalui pidatonya yang singkat namun bernas di peringatan Hardiknas 2020 mengangkat tema “belajar dari Covid-19”. Menurutnya bahwa Covid-19 telah menyadarkan guru, siswa, orang tua dan masyarakat bahwa pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dan itu juga dapat dilakukan melalui kolaborasi orang tua, murid dan guru.