Cari Blog Ini

Selasa, 30 Juni 2020

Ekonomi Masyarakat Alahan Panjang di Masa New Normal

Pedagang sayur di Pasar Alahan Panjang terlihat menunggu pembeli. Beberapa jenis sayuran dan hasil pertanian lainnya diletakkan masing-masing dalam keranjang seperti kentang, cabe, tomat, jenkol, kol, timun, bawang merah dan lainnya. 

Umumnya pedagang selain menjual sayur lokal mereka juga menjual kebutuhan pokok dari daerah lain seperti ikan asin, bumbu masak, kerupuk mentah dan bawang putih impor.

Pasar Alahan Panjang merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di Kabupaten Solok dan sempat ditutup selama 2 hari dibulan ramadhan kemarin oleh pemerintah setempat. Saat ini pasar yang menjadi ikon pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Solok tersebut kembali beraktifitas seperti biasa.

Memang sebagian aktifitas masyarakat yang berdagang keluar daerah sedikit terganggu karena pemerintah setempat melakukan berbagai pembatasan dan pemberlakuan protokoler Covid-19
 
Tercatat Pasar Alahan Panjang telah mengalami beberapa perubahan dan pengembangan yang signikfikan beberapa tahun terakhir. 

Perubahan itu terasa pasca tahun 2000 an dimana biasanya pasar dalam sepekan hanya dua kali yaitu pada Hari Sabtu dan Hari Kamis. Sekarang pasar hadir setiap hari untuk melayani pembeli yang membutuhkan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya. 

Untuk ketersedian sayuran para pedagang tidak kesulitan karena masyarakat Alahan Panjang mayoritas adalah petani sayuran. Hanya sedikit yang mesti didatangkan dari luar daerah. 

Sarana pendukung mobilisasi ekonomi masyarakat seperti terminal truk, terminal bus, Parkiran, Bank BPD, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI dan akses jalan yang sangat memadai dari berbagai arah. 

Dimasa New Normal ini ekonomi masyarakat harus tetap tumbuh namun kepada para pedagang dan masyarakat tetap memperhatikan protokoler Covid-19. Hasil riset dengan mengenakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak sangat ampuh untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.



Senin, 29 Juni 2020

Sekolah di Masa Pandemi, belajar dan menimba pengalaman dari Ibu Betti


Ibu Betti foto bersama Mas Menteri Nadim Makarim

Hari ini, Senin, 29 Juni 2020 perkuliahan tentang dunia keliterasian melalui WAG kembali dilanjutkan. Kali ini pematerinya Ibu Dra. Betti Risnalenni, MM, seorang perempuan tangguh dan bertekad baja kelahiran 52 tahun yang silam mampu mendirikan sekolah di “perantauan”. Barangkalai beliau hafal paham makna sebuah pepatah Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung.

Tekad yang kuat dari seorang Ibu ini tentu perlu jadi ibroh bagi kita semua terutama para guru di tanah air karena selain seorang ibu ditengah keluarga yang pasti memiliki segudang pekerjaan, disisi lain beliau juga tidak ketinggalan untuk memikirkan orang banyak. Tidak berlebihan bila disematkan kepada beliau sebagai Rasuna Said zaman now. Rasunna Said adalah tokoh nasional dibidang pendidikan yang berasal dari Sumatera Barat yang telah membuktikan bahwa perempuan dan laki memiliki kesempatan yang sama dalam mengisi kemerdekaan.

Perjalanan panjang beliau mengembangkan lembaga pendidikan sehingga berkemajuan sampai saat ini bermula ketika bertemu dengan salah seorang siswa yang berasal dari panti asuhan sementara umumnya yang bersekolah di Al Izhar pondok labu adalah orang yang berekonomi lebih dari cukup. Disana beliau berfikir bagaimana ada sekolah yang dapat mengaakomodir para siswa dengan latar belakang ekonomi yang jauh dari cukup.

Tahun 1996, Ibu betti memulainya dengan membuka lembaga kursus aritmatika. Dengan dukungan keluarga dan seorang teman, beliau berhasil mengembangkan sayap hingga membuka 24 cabang  di kota Bekasi. Bermodalkan keberanian, partnershiip, skill, Marketting dan kemampuan menangkap peluang usaha, bu Betti berhasil KB-TK dan SD Insan Kamil. Lebih hebat lagi ditengah kesibukannya tersebut beliau tetap produktif membuat buku yang bekerjasama dengan penerbit Andi. Karena tidak dipungkiri melalui buku itulah beliau dapat memajukan lembaga pendidikan yang beliau miliki sekarang.

Untuk itu, menurut alumni IKIP Jakarta itu dalam mengembangkan lembaga pendidikan memperhatikan kebutuhan konsumen adalah kuncinya dan  tidak ragu berbuat kebaikan.

Terkait bagaimana pembelajaran di masa pandemi ini yang menjadi fokus materi beliau, Ibu yang sekarang menjabat sebagai kepala sekolah itu membagikan tips yaitu membangun kerjasama dengan seluruh dan karyawan, orang tua dan penugasan diberikan kepada siswa melalui IG. Selain itu juga diberikan materi-materi kepada orang tua terkait peran orang tua sebagai guru dirumah terutama dalam mengawasi anak dalam melaksanakan tugas. Materi yang diberikan lebih dominan kepada life skill seperti kegiatan proyek, contoh mamasak kue.

Sabtu, 27 Juni 2020

Resume Kuliah Bersama Bapak Namin AB Solihin; Membangun Branding Melalui Blog dan Media Sosial


Membangun Branding Melalui Blog dan Media Sosial yang disampaikan oleh Bapak Namin sangat menarik apalagi sebagai seorang guru yang dalam keseharian berhadapan dengan anak didik. Kalau berbicara anak didik akan terbayang oleh kita salah satu jurus mereka dalam berprilaku adalah meniru orang yang telah dewasa darinya atau meniru publik figur yang disenanginya atau digemarinya. Nah, sekiranya para guru mampu membranding diri kemudian disenangi oleh anak-anak didiknya alangkah bahagianya para guru dan orang tuanya dirumah.

Bapak Namin dalam perjalanan panjang karirnya sebagai guru dan trainer/motivator pada hakikatnya adalah perjalanan menuju dirinya yang sesungguhnya. Jejak langkah semenjak 2007 di bloger tentu itu akan menjadi pijakan awal yang sangat menentukan sehingga kesuksesan hari ini beliau raih. Barangkali sebagian kita juga sudah melakukan apa yang telah dilakukan Bapak Namin beberapa waktu yang lalu. Barangkali menarik rumus yang beliau perkenalkan yaitu 5a; dipaksa, terpaksa, kepaksa, biasa dan terbiasa. Kalau atasan kita yang memaksa kerab kita manut, alias mau saja tanpa komentar apa-apa. Sekalipun pekerjaan itu sangat sulit untuk dikerjakan namun karena dipaksa atasan mau tidak mau harus dikerjakan. Tapi, ini tentu lebih sulit lagi, yang memaksa adalah diri kita sendiri. Siapa yang dipaksa, ya diri kita juga. Disinilah banyak toleransi yang kita buat sendiri dengan alasan yang bermacam-macam..Untuk itu memaksanya jangan terlalu berat yang membuat kita enggan memulainya.

Masa lalu bagi Bapak Namin bukan untuk selalu dikenang, kecuali yang bermanfaat untuk orang lain. Hal ini lah yang patut ditiru dari seorang Namin. Kalau kita menoleh kebelakang, iya juga ya. Di rumah kita sering menumpuk barang-barang yang tidak lagi dapat dimanfaatkan dengan berbagai alasan. Sehingga barang-barang baru tidak mendapat tempat lagi karena sudah penuh dengan barang-barang bekas yang justru tidak banyak manfaat untuk diri dan orang lain. Enggan membuang karena pemberian si anu, si itu, ahh…pokoknya gak boleh dibuang?. gitu kan…! Pikiran kita juga seperti itu. Percaya anggak..? , kita yang sulit maju salah satunya disebabkan oleh terkungkung oleh pola berfikir yang tidak kekiniaan. Pola lama tetap disenangi sungguhpun tidak masuk akal lagi dipakai untuk kondisi kekinian.  

Ngeri juga kalau kita tidak menatap ke depan saat membawa mobil atau motor dan hanya fokus kepada spion. Kalau sekali-kali tentu cocok. Artinya masa lalu adalah sesuatu yang akan menjadi pelajaran bagi kita untuk melangkah lebih jauh lagi bukan untuk dikenang lalu ditangisi.

Blog dan media sosial adalah sarana yang tepat untuk menunjukkan “WHO I AM I” dalam artinya yang tentunya positif, bermanfaat untuk orang lain. Apa yang dilakukan oleh Om Jay atau Bapak Namin adalah suatu yang baik dan sangat bermanfaat untuk orang lain, gratis lagi. Kebaikan beliau yang dituangkan dalam bentuk kegiatan ini adalah “brand”. Jadi jika orang bertanya guru blogger itu siapa ya? Tanpa pikir panjang orang akan jawab “Om Jay, Bapak Namin. 

Jumat, 12 Juni 2020

Kisah Guru “Mr. Bams” Ngeblog di Wordpress


Mr. Bams adalah satu diantara ratusan orang yang menjadi korban inspirasi Om Jay, tapi bedanya dengan saya, Mr. Bams sudah naik kelas sementara saya masih di kelas pemula. Tapi, tidak apalah walaupun sudah naik kelas namun Mr. Bams tetap mau berbagi dengan kita-kita di group ini, terimkasih Mr. Bams.

Untuk menjadi blogger’s memang dibutuhkan kemauan dan latihan. Kemauan berkaitan dengan motivasi dan tujuan membuat blogger. Hari ini Mr. Bams sudah menguber motivasi untuk kelas menulis gel 1-12 ini dan melalui tanya jawab Mr. Bams sudah menjawah semua keluhan peserta. Artinya Mr. Bams sudah memberikan solusi-solusi praktis yang sudah teruji melalui pengalaman beliau sebagai blogger. Akan tetapi kelas usai, tak satupun tulisan kita lahir dan blog juga belum ada, bahkan sampai besoknya. Ini bisa dimaknai, motivasinya ada tetapi kemauan belum ada sama sekali.

Begitupun dengan tujuan membuat blog. Kalau hanya untuk mencari keuntungan pribadi, misalnya keren-kerenan karena sudah punya blog lalu bikin orang sakit hati, bukan untuk membahagian dan berbuat baik untuk orang lain maka dipastikan tidak akan jadi-jadi blognya. Betul kata Mr. Bams, kebaikan akan kita peroleh kalau kebaikan itu sudah kita berikan dulu pada orang lain. Membahagiakan orang lain sesungguhnya adalah kebaikan untuk kita juga. Kira-kira seperti itu.

Blognya mau dibuat dimana, itu terserah. Kita memilih blog sesuaikan dengan kebutuhan kita dan tidak perlu yang premium segala yang penting maksimal dikelola dan bermanfaat untuk orang lain. Soal kelebihan dan kekurangan antara blog.com dan wordpress pasti ada karena disitulah letak kesempurnaanya. Kapan dia akan sempurna yaitu ketika kita sudan menjatuhkan pilihan kepada salah satunya.

Hal lain yang penting adalah ketika kita sudah dapat menulis, maka agar tulisan kita hangat, menyenangkan, menginspirasi orang lain maka kita harus banyak membaca agar jumlah kosakata dan pengalaman dari penulis lain memperkaya khazanah literasi kita.

Faktor lain yang sangat penting adalah sungguh-sungguh untuk belajar (pembelajar sejati). Rela mengorbankan waktu, tenaga dan harta sekalipun demi sebuah cita-cita. Bukti kesungguhan Mr, Bams adalah dalam mengelola rumah baca sampai harus pindah rumah. Ini sangat serius jadinya. Jiwa integritas wajib dimiliki oleh setiap penulis seperti yang sudah dicontohkan oleh guru kita ini.


Rabu, 10 Juni 2020

Catatan Belajar Dengan Guru Agung


Pada malam ini, Rabu 10 Juni 2020, guru hebat berikutnya yang memberi pengalaman kepada peserta group menulis bersama Om Jay adalah seorang “Guru Agung”. Guru Agung, demikian panggilan untuk Bapak Agung Pardini, akan berbagi pengalaman tentang menerbitkan buku. Rasanya pas juga bila beliau dipanggil guru agung karena kemuliaan hati beliau untuk membimbing dengan sungguh-sungguh guru-guru di tanah air yang berada di daerah terpelosok yang kerap tidak tersentuh oleh program-program pemerintah secara berkelanjutan.

Ditengah kesulitan menghadapi kondisi guru di daerah mulai dari gaya bahasa, banyak yang belum mengenal MS Office, listrik di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari sampai ejaan yang (belum) disempurnakan, dihadapi dengan sabar bersama  guru-guru relawan yang melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. 

Maka bagi saya pribadi melihat kepada perjuangan beliau yang sepenuhnya dibangun atas dasar kepedulian kepada guru dan bangsa dapat menjadi contoh bagi saya pribadi bagaimana guru seharusnya di zaman sekarang ini. Semoga beliau selalu istiqomah, diberi kesehatan dan kesempatan oleh Allah SWT untuk melanjutkan perjuangan menghantarkan para guru  menjadi leader bangsa ini, amiin.

Pengalaman beliau dalam menerbitkan buku sangat terbantu oleh adanya lembaga kemanusiaan dompet dhu’afa. Namun, disisi lain beliau juga harus mendorong para guru untuk membuat buku dan diterbitkan kemudian diedarkan keseluruh tanah air secara gratis.

Konsep memulai dari diri sendiri itu telah menjadi teladan oleh para guru di SGI. Bahkan setiap guru dapat menghasilkan karya hebat. Hasil itu diperoleh melalui perjuangan yang sangat panjang dan berat.

Pada awalnya mendorong para guru untuk menulis dalam "Jurnal Perjalanan Guru”. Jurnal itu wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka  menulis pengalaman mereka selama si siang hari.  Setelah pagi tiba, semua jurnal dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. Hebatnya, bila ada kondisi para guru yang kurang nyaman tergambar melalui tulisannya langsung dicoaching atau konseling.

Selain bedah buku,  para guru dimotivasi secara bergantian dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh untuk meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.

Pak Agung juga mengingatkan bahwa guru yang baik itu adalah guru yang melakukan lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri. Menulis adalah cara satu-satunya, baik dalam bentuk  PTK, Jurnal Penelitian, Cerpen atau Puisi dan juga modul, LKS, atau mungkin Kumpulan Bank Soal.

Mengutip tulisan beliau di http://www.sekolahguruindonesia.net/era-kepemimpinan-guru/ bahwa Era guru sebagai sumber belajar nyaris berakhir. Bahkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran lambat laun juga akan ditanggalkan. Paradigma guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subyek yang diajar merupakan cara pandang yang sudah terlalu usang. Jika enggan untuk melompat, maka tak mungkin kita bisa menaklukkan tantangan pendidikan dasawarsa yang ketiga dari abad ini.

Kebiasaan para guru ditanah air yang selalu menyalahkan pemerintah oleh Guru Agung malah sebaliknya, justr pemerintah  sudah sangat peduli untuk pengiriman buku-buku ke sekolah-sekolah marjinal. Namun sayang, kata beliau  masih banyak guru yang belum termotivasi untuk membacanya.  Buktinya, saat beliau mengunjungi sekolah masih ditemukan  banyak buku masih terplastik rapi di dalam dus-dus.

Sabtu, 06 Juni 2020

Madrasah Pasca PSBB

Siapa yang mengira kalau pendidikan di Indonesia hari ini, kususnya madrasah akan menghadapi masa sulit usai PSBB diberlakukan. Keinginan pemerintah untuk memberlakukan new normal tentu memiliki alasan dan landasan yang kuat bahwa selama pemberlakukan PSBB kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perekonomian dan sosial terbatasi secara besar-besaran. Sumber-sumber ekonomi pasif dan angka kemiskinan meningkat tajam. Hal ini akan berdampak lebih besar terhadap pendidikan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu pemberlakukan new normal pasca PSBB harus dihadapi dengan kondisi apapun, siap atau tidak siap.

Berdasarkan tren penyebaran Covid-19 bahwa yang terjangkiti itu memang didominasi berada pada usia produktif namun tren terbaru bahwa dari mereka yang positif lebih banyak peluang untuk sembuh. Apabila imunnya baik maka peluang untuk sembuh dari covid ini sangat besar. Maka, melihat kepada tren ini pemerintah optimis bahwa dimasa new normal ekonomi akan kembali pulih dan masyarakat akan lebih waspada dengan mengganti pola hidup dengan yang baru.

Pertanyaanya, bagaimana dengan mereka yang berusia dibawah 20 tahun atau usia sekolah? Apakah mereka tersebut masuk kategori masyarakat yang sudah siap dengan new normal? Tentu ini perlu telaah oleh segenap pihak yang berkepentingan terutama pemerintah. Karena, organisasi profesi kedokteran (IDI) telah merekomendasi bahwa untuk masyarakat yang masih usia sekolah sebaiknya tidak diberlakukan new normal karena diperkirakan sejutaan lebih para pelajar akan tertular covid-19 dan mereka sangat berpotensi untuk menularkannya di rumah. Sehinga sampai sekarang pemerintah masih belum mengeluarkan keputusan terkait proses pembelajaran di sekolah dan madrasah tahun pelajaran 2020/2021.

Namun, Kementerian Agama RI melalui Dirjen Pendis telah mengeluarkan SK No. 2491 Tahun 2020 tentang kalender pendidikan madrasah tahun pelajaran 2020/2021 awal sekolah dilaksanakan tanggal 13 Juli 2020, kemudian disusul dengan SK Dirjen No. 2791 tentang Kurikulum Darurat pada Madrasah Artinya, kemenag sudah siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang muncul. Akan tetapi, kedarutatan itu hanya dimasa DS, PS dan PSBB kah? Apakah dimasa new normal ini dipandang sebagai sesuatu yang sudah normal? Bila ini persoalannya berarti secara teknis madrasah harus mempersiapkan diri secara mandiri untuk menghadapi masa “new normal” tersebut.

Dalam teori siklus mesti ada yang namamnya fase transisi dan fase ini belum berada pada kategori normal. Pada fase transisi kewaspadaan dan kehati-hatian harus sama seperti dalam keadaan kedaruratan. Karena fase ini sangat menentukan untuk kesuksesan pada fase berikutnya. Oleh sebab itu, untuk menghadapi fase transisi ke new normal, madrasah harus menyatukan fisi bersama seluruh komponen termasuk stakeholder dari lembaga kesehatan dan pemerintah setempat untuk merumuskan teknis menghadapi masa transisi tersebut.

Jumat, 05 Juni 2020

Catatan Tentang Tulisan Prof. Dr. Duski Samad, MA: The Rise Of Masjid

Judul yang jadi pembahasan  pada catatan ini adalah tulisan Prof.Dr. Duski Samad, MA, pada Rabu/07 Mai 2020 kemarin. Bahasa kitanya adalah bangkitnya masjid. Menurut beliau kebangkitan masjid bermula ketika pengurus dan jama’ah kembali memfungsikan masjid dalam segala aspek kehidupan umat, maksudnya bukan hanya persoalan ibadah mahdhah namun dapat merambah ke ibadah ghairu mahdhah. Kabangkitan umat islam bermula dari bangkitnya masjid-masjid.

Masa pandemi yang sudah berlangsung tiga bulan telah membuat masjid fakum dari segala fungsinya terhadap umat. Menurut beliau ini adalah suatu hal yang mengkawatirkan maka pengurus dan jamaah perlu memikirkan bagaimana masjid survive dalam melayani umat. Sederhana saja, bila sandel jamaah hilang maka pengurus wajib menggantinya dengan sandel dengan harga dan merk yang sama.

Oleh sebab itu perngurus perlu membuat suatu sistem pelayanan yang baik sehingga kekawatiran jama’ah terhadap bahaya yang dapat mengancam seperti wabah Covid-19 ini. Pengurus mesti berfikir keras bagaimana masjid dapat dikunjungi lagi untuk ibadah dan jama’ah merasa aman.

Terlalu lama masjid kosong dikawatirkan masjid dilupakan oleh umat. Semua orang melaksanakan kegiatan ibadah dirumah. Sementara rumah belum tentu mampu menyediakan kebutuhan batin umat.

Selasa, 02 Juni 2020

Di Hari Jadi ke _ 38









Diberi hadiah oleh Dua Putri Tercinta, Annisa Muthmainnah dan Afifatul Majidah, dihari ulang tahunku yang ke-38. Sederhana sekali. Saat Kakak; sebutan untuk Annisa, memberikan hadiah, kado bermotif bola, aku minta foto bareng, tapi Kakak menolak. aku berfikir saat itu, ternyata Annisa orangnya tidak formal. 

Laptop ku biarkan menyala, perlahan-lahan aku buka kadonya. Aku kira satu lembar pembungkusnya , ternyata 3 lembar. Kado kecil itu berisikan tiga buah pena dan satu spidol berwarna hitam. Kemudian, dalam kado kecil itu juga terselip amplop kecil bergambar pembalap mobil dalam film-film kartun terkenal itu. 

Amplop aku buka, ada surat kecil yang bertuliskan "Happy Birtday Ayah". Dibawahnya ada tulisan "Semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga menjadi ayah yang baik dan tidak marah-marah terus. AMIN. ". 

Aku merasa bahagia saat itu, kebahagiaanku bukan karena ulang tahunnya tetapi diam-diam dua putriku tercinta memperhatikan tingkah polahku sebagai ayah dan di hari ini dia mengatakannya terbuka tanpa rasa takut, karena aku adalah seorang ayah yang pemarah. Aku berfikir, marahku selama ini ternyata tidak membuat anak-anakku menjadi takut. Saya menangkap bahwa mereka mungkin sudah mengerti kenapa ayah sering marah. Dugaanku. 

Kemudian, mereka berdua "menantangku" dengan tiga buah pena dan satu spridol. Seolah-olah kakak beradik ini menantang ayahnya untuk menulis setiap waktu. Tapi, tidak apalah mudah-mudahan hadiah mereka ini jadi pemicu bagi ku untuk kembali menulis dan menulis. 

Terimakasih anak-anak ku tercinta. Jazakumullah khairan, semoga Allah SWT membalasimu dengan sebaik-baik balasan, Aminn. Doa ku untukmu, semoga engaku berdua juga diberi umur yang panjang dan diberi kesehatan oleh Allah SWT untuk melanjutkan cita-citamu dalam bingkai keridhoan-Nya. 
AMIIN. 



Senin, 01 Juni 2020

#Salam Hardiknas

Pada bulan Mai ini, tepatnya tanggal 2  adalah hari pendidikan nasional. Biasanya pada hari itu diadakan lomba-lomba tentang pendidikan dalam rangka memeriahkan Hardiknas yang jatuh sekali dalam setahun. Namun, di tahun ini acara tersebut tidak dilaksanakan dikarenakan masih dalam suasana tanggap darurat terhadap penyebaran virus corona. Bahkan, setiap tahun bukan hanya siswa yang merayakan para guru dan tenaga kependidikan tidak lupa ketinggalan untuk memeriahkan hari berbahagia tersebut.
Sekali lagi bahwa Covid-19 telah menguji system kenegaraan ini termasuk system pendidikan nasional di Indonesia. Sekolah, madrasah dan pesantren disetiap jenjang diliburkan dan pembelajaran dilaksanakan melalui daring. Sementara sebagian lembaga pendidikan di Indonesia masih menyelenggarakan pendidikan dengan system conventional dan sangat sedikit yang menggunakan teknologi internet. Selain alasan kedaerahan, penggunaan dan IT masih sebatas kalangan tertentu yang memiliki biaya untuk pembelian sarana tersebut.
Ujian bagi system pendidikan kita hari ini sangat berat. Betapa tidak, selain minimnya sarana yang dimiliki siswa para guru pun hampir-hampir tidak siap untuk menyelenggarakan pendidikan dengan system baru ini. Para guru kewalahan sama sekali untuk membangun komunikasi pembelajaran dengan siswa, apalagi komunikasi ini dibangun dengan jarak jauh alias pembelajaran dirumah dibawah pengawasan orang tua/wali murid. Pertanyaannya bagaimana mereka melakukannya?
Tugas-tugas yang diberikan oleh guru hanya sedikit siswa yang melaporkannya melalui link yang sudah disediakan. Lebih banyak mereka mengeluhkan tentang banyaknya tugas  yang mereka kerjakan belum lagi kejenuhan yang mereka rasakan karena harus berhadapan dengan computer atau HP seharian di rumah.
Dan saya juga tidak melihat lagi wajah Mendiknas “Mas” Karim dilayar televise untuk memberikan harapan baru bagi perbaikan kualitas pendidikan di tanah air. Semenjak Covid-19 “Mas” Karim seolah sudah dibungkam oleh kungkungan virus yang sangat kuat itu.
Ini menandakan bahwa hari ini dan beberapa hari atau bulan kedepan pendidikan di tanah air benar-benar akan terus di uji. Mampukah pendidikan kita hari ini bertahan?
Mas Nadim, melalui pidatonya yang singkat namun bernas di peringatan Hardiknas 2020 mengangkat tema “belajar dari Covid-19”. Menurutnya bahwa Covid-19 telah menyadarkan guru, siswa, orang tua dan masyarakat bahwa pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dan itu juga dapat dilakukan melalui kolaborasi orang tua, murid dan guru.